Cerita Pemilu, Ajak Masyarakat Aktif Memilih
Jakarta, kpu.go.id
- Pagelaran Seni Budaya Menyongsong Pemilu 2019 sukses menarik
perhatian ratusan ribu masyarakat yang memadati Lapangan Timur Monumen
Nasional (Monas) Jakarta.
Dalam
pesannya, para pelakon yang berasal dari komisioner, kepala biro serta
artis dan komedian memberikan penyadaran kepada. masyarakat untuk aktif
menjadi pemilih. Keterlibatan masyarakat dapat diawali dengan mengecek
hak pilih dan menyalurkannya di bilik suara pada hari pemilihan.
Adapun
alur cerita dari Pagelaran Seni Budaya bertajuk "Cerita Pemilu" diawali
dari paparan pemandu kisah yang diperankan oleh komedian Parto Patrio.
Pemilik nama Eddy Soepono mengisahkan tentang percakapan tiga orang
warga (Komisioner KPU Hasyim Asy'ari sebagai loper koran, komedian Adul
sebagai anak kecil serta Deni Cagur sebagai warga), tentang kehidupan
sehari-hari yang juga diselingi dengan obrolan mengenai dunia
kepemiluan. Lalu muncul sosok tiga preman yang diperankan Azis Gagap,
Komisioner Ilham Saputra serta Wahyu Setiawan yang mengganggu namun dua
nama terakhir sadar mengenai haknya sebagai pemilu.
Dicerita
selanjutnya juga muncul Nunung, ibu dari Adul yang tidak terima dengan
perlakuan preman terhadap anaknya. Juga datang sosok tokoh masyarakat
yang diperankan oleh Komisioner Pramono Ubaid Tanthowi yang selain
menengahi juga menyadarkan tentang pentingnya ikut serta dalam pemilu.
Pesan ini kemudian disampaikan warga lain, Kepala Biro Teknis dan Hupmas
Nur Syarifah yang mengabarkan tentang kehadiran bersama Lurah (Sekjen
KPU Arif Rahman Hakim) serta Ketua KPU Arief Budiman ke kampung mereka
tinggal. Kedatangan mereka ini juga didampingi Ketua RT (Andhika Pratama),
Sekretaris (Evi Novida Ginting) serta hansip (Viryan). "Ini pak lurah mau datang, Ketua KPU mau sosialisasi," kata Nur Syarifah.
Pada
sesi ini, terjadi dialog yang cukup intens antara warga dengan Arief
selaku Ketua KPU. Pembahasan mulai dari pengakuan Ketua RT yang menyebut
tingkat partisipasi dikampungnya rendah, yang direspon oleh Arief
dengan menyadarkan masyarakat tentang tujuan dari pemilu memilih
pemimpin terbaik untuk bangsa Indonesia lima tahun kedepan.
Dalam
obrolan juga muncul pertanyaan tentang siapa saja kategori warga yang
berhak ikut dalam pemilu dan terdata didalam DPT, juga sikap masyarakat
ketika dihadapkan pada situasi politik uang dan SARA. Dibagian akhir
dari obrolan ini muncul pertanyaan mengenai potensi masyarakat bisa ikut
serta terlibat dalam pemilu namun sebagai penyelenggara. Dalam
jawabannya Arief kemudian menjelaskan bahwa setiap orang bisa menjadi
penyelenggara pemilu baik sebagai Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Panitia Pemungutan Suara (PPS) serta Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara (KPPS). "Semua masyarakat berhak menjadi petugas pemilu. Kalau di
Tempat Pemungutan Suara (TPS) namanya KPPS," tutur Arief. (hupmas
kpu/dianR/Foto dosen/ed diR)
Bagikan:
Telah dilihat 1,911 kali